Langsung ke konten utama

Berdamai dengan Ketakutan Diri

Seorang anak perempuan ketakutan
Photo by Caleb Woods from unsplash

"Aku takut dipukul,
aku takut disakiti,
aku takut dibully"

"Aku takut dimarahi,

Aku takut dicaci,
Aku takut dibenci"

"Aku takut ditinggalkan,
Aku takut sendirian,
Aku takut kesepian..."

Bagaimana berdamai dengan rasa takutku?

Darimana ketakutan berasal?

Ketakutan pada diri seseorang lahir dari insting alami kita sebagai manusia. Di otak, ketakutan berasal amigdala, ukurannya hanya sebesar kacang almond tapi berperan penting dalam mengatur emosi negatif. Konsekuensi dari rasa takut adalah respon tubuh untuk membeku (freeze), melawan (fight), atau melarikan diri (run). Hewan memanfaatkan rasa takut untuk bertahan hidup dari ancaman, bisa jadi predator atau bencana alam. Tapi rasa takut pada manusia menjadi lebih kompleks.

Manusia memiliki emosi yang jauh lebih kompleks dan rumit. Misal, ada tipikal manusia yang menuntut kesempurnaan. Padahal kita tahu hal sebaliknya, manusia tidak ada yang sempurna. Kemudian manusia menjadi takut membuat kesalahan. Kita takut jika berbuat salah maka akan ada hukuman yang akan kita tanggung. Tapi hal ini ada baiknya juga untuk mencegah kita melakukan hal yang berbahaya dan perbuatan kriminalitas.

Tapi, kadang ada rasa takut  yang merugikan diri sendiri. Ketakutan emosional karena khawatir berlebihan, rasa rendah diri, takut salah, atau emosi yang tidak stabil bisa merugikan diri sendiri, bahkan berujung depresi. Konsekuensinya adalah rasa lelah yang akan didapat dari tuntutan. Kalau  takut melawan, maka hanya akan ada pelarian, karena tidak ingin menghadapi kenyataan. Akhirnya adalah sosok manusia yang terpuruk sendirian akibat menghindar dari kesalahan. 

Belajar STOICISM

Ambil nafas dalam-dalam.

"Bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (Al-Insyirah ayat 5-6)

Aku akan mulai dari cerita tentang rasa takut yang menghantuiku beberapa waktu lalu. Aku sedang takut-takutnya menghadapi konsekuensi dari kesalahanku. Padalah kesalahan ini akibat dari pilihanku sendiri, ya aku masih seorang pecundang yang kekanakan. Aku ditinggalkan, lebih tepatnya diusir dengan cara yang tidak baik. Aku kehilangan banyak teman dan tempat hangat yang kupercaya. Dan aku memilih lari, karena aku takut. 

Beberapa bulan sudah berlalu dan terima kasih pada waktu yang sudah menyembuhkanku perlahan. Aku sadar dan berterima kasih pada rasa manusiawiku waktu itu untuk merasa takut karena sudah berbuat salah. Ternyata rasa takut itu yang mengantarku pada sebuah pengertian baru dalam hidupku. Aku tidak akan lari lagi, mungkin ini saatnya menghadapinya dengan meminta maaf pada diriku dan orang-orang yang kusakiti. 

Aku gantungkan hasilnya pada Ilahi Rabbi... kun fa ya kun! terjadilah maka terjadilah!

Mengenal STOIC membuatku belajar untuk tidak terlalu memusingkan hal-hal diluar kendali. Dan sejatinya ilmu ini sudah diajarkan dalam Al-Qur'an, bahwa yang akan kita pertanggung jawabkan adalah amal kita sendiri, dan apa yang ada di luar kita bukan menjadi tanggung jawab kita. Ini bisa berlaku untuk masalah yang datang dalam hidup. Tapi jangan disalahartikan untuk menjadi tidak peduli dengan kemanusiaan.

. . .

Semoga ketakutan mengantar kita pada pelajaran-pelajaran kehidupan. Takutlah dan beranilah. 

Sampai jumpa lagi :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belajar Bahasa Isyarat BISINDO Banten

Photo by Assad Tanoli on Unsplash Kamu tertarik untuk menyelami bahasa isyarat? Wah sama! Dan disini saya akan berbagi pengalaman belajar bahasa isyarat melalui kelas bahasa isyarat BISINDO. Sejak di kampus, saya tertarik dengan bahasa isyarat. Beruntungnya media sosial saya mendukung dengan algoritma yang sesuai, dan semakin banyak video bahasa isyarat yang saya tonton. Beberapa diantaranya saya berusaha mengingat kosa kata. Namun saya mulai kebingungan karena perbedaan kosa kata untuk satu makna yang sama. Akhirnya saya putuskan untuk lebih serius belajar dengan mengikuti kelas dari lembaga terpercaya, yaitu BISINDO. Setahu saya, bahasa isyarat di Indonesia dikembangkan secara profesional oleh dua sistem. Pertama, Bahasa Isyarat Indonesua (BISINDO), sebuah sistem bahasa isyarat yang dirintis oleh teman-teman tuli. Kedua, Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) yang dikebangkan oleh Kemendikbud. Perbedaanya tidak hanya di kosa kata yang cukup berbeda, tapi teman-teman tuli sehari-hari...

[Review Buku] Pengalaman Baca Buku Funiculi Funicula

Masa lalu dan masa depan, dua waktu yang sudah terlalu jauh untuk dijangkau. Masa lalu yang sudah dilewati kadang menyisakan penyesalan, dan masa depan yang masih misteri menantang diri membuat penasaran. Jika kau diberi kesempatan memilih kembali ke masa lalu atau melihat masa depan, apa yang akan kau pilih? Tapi sayangnya apa pun yang kau pilih tidak akan mengubah apa pun, kejadian yang terjadi, atau orang yang kau temui, bahkan mencegah kematian sekalipun. Dan dengan resiko terjebak selamanya di ruang waktu, apakah kau masih mau untuk melakukan perjalanan waktu? Sinopsis di atas adalah milik buku 'B efore the Coffee Gets Cold: Funiculi Funicula', salah satu dari trilogi karya Toshikazu kawaguchi yang pertama rilis di Jepang pada 2015. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dania Sakti, dan diterbitkan Gramedia. Saya membaca cetakan ke-21, desain sampul karya Orkha Creative.  Cover depan Funiculi Funicula cetakan ke-21  Pertemuan dengan Funiculi Funicula Tahun...

Review Buku Classroom Management - Sigit Setiawan

Halo sahabat pembaca, kali ini kita literasi lagi nih, masuk mode serius tapi santai. Saya akan membagikan catatan penting hasil membedah buku ' Classroom Management ' karya Sigit Setiawan. Tulisan ini diperuntukan untuk teman-teman pendidik yang sedang mencari referensi cara mengajar efektif di ruang kelas.  Buku Classroom Management - Sigit Setiawan (photo by indahprimad) Kenalan dengan Classroom Management Di bagian pendahuluan kita diperkenalkan tentang pentingnya menerapkan pembelajaran yang efektif. Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif saat siswa sungguh-sungguh belajar dan mencapai pengetahuan atau keterampilan yang diharapkan. Namun, realita di kelas lebih rumit, kadang kegiatan belajar di kelas penuh tantangan dan tidak berjalan efektif. Penulis memaparkan proses pembelajaran adalah rangkaian panjang yang perlu diperhatikan. Penulis memberi contoh dengan pengalamannya. Mulai dari menyusun materi, metode pengajaran, memahami kepribadian siswa, hingga mengevaluasi...