Tau truffle, si jamur yang hidup terkubur bawah tanah. Jika memiliki persona, truffle mungkin iri pada jamur-jamur yang menampakkan dirinya di atas tanah. Lilhatlah Amanita yang berwarna warni megah, jamur tiram ( Pleurotus ) yang putih bersih, jamur kuping ( Auricularia ) yang tumbuh tinggi di pepohonan, dan jamur pengantin (Phallus indusiatus) yang cantik. Truffle tidak menyadari seberapa berharga dirinya. Ia menunggu dalam gelap. Seolah orang yang rendah diri dan menyediri. Hingga ia ditemukan oleh orang yang tepat, butuh perburuan dengan menggunakan hewan terlatih untuk menemukan jamur truffle. Ia diangkat ke permukaan. Sulitnya menemukan truffle, membuat nilai jualnya tinggi. Para koki mengolahnya menjadi sajian mewah bintang lima, yang setiap irisannya bisa bernilai jutaan rupiah. Kisah truffle diatas, menjadi gambaran bagaimana komoditi dinilai. Pernah dengar konsep permintaan dan penawaran ( supply and demand )? Nilai barang bisa semahal itu karena permintaan yang tinggi di
Apakah teman-teman pernah jatuh hati? suka pada seseorang? Mari memikirkan imajinasi rasa dari gambar ini. (dokumen penulis) Mungkin tanpa sadar kita cukup sering terjangkit virus merah jambu. Seperti baru mendarat di tengah wilayah asing, kita merasakan kebingungan, canggung, kesepian, penasaran, semangat, hingga berbunga-bunga. Namun respon fisik dan perasaan seseorang terhadap gejala jatuh hati bisa berbeda-beda tergantung sistem imunnya. Untuk ini, tentu sistem imun untuk perasaan. Vaksin Anti-Jatuh Hati Kita sudah punya sistem imun dari vaksin anti-jatuh hati. Kita punya lapisan pertahanan mulai dari logika yang menekan emosi, rencana dan mimpi yang jadi prioritas kalkulasi, hingga dogma spiritual. Vaksin anti-baper yang cukup kebal untuk menahan diri dan tidak sampai menunjukan gejala meriang aka. merindukan kasih sayang. "Aku cukup dengan diriku", sesederhana itu alasan menolak rasa itu bertumbuh. Namun, sistem imun kita juga bisa melemah. Godaannya bisa dari terlal