Langsung ke konten utama

Tersenyum Bersama Jane Goodall

 Indah Primad | Diperbaharui 18 Juli 2023 | Bacaan 6 menit

Seekor simpanse berjanggut abu-abu menatap



Foto seekor simpanse dengan dagunya berwarna abu-abu, mengingatkan tentang David Greybeard, simpanse pertama yang telah mengubah cara manusia mengenal kelompok primata yang satu ini.

Potret wajah seorang wanita tersenyum di halaman National Geographic edisi Oktober 2010, pada halaman sebelahnya tertulis nama sang wanita, Jane. 

Potret Jane Goodall , ahli konservasi simpanse dunia, dokumentasi National Geographic 2010
Jane Goodall di National Geographic edisi 2010

Mengingat-ingat nama Jane,  pernah nonton film Tarzan? hehe ketahuan anak 90-an. Ada tokoh utama wanita dengan nama yang sama. Kedua tokoh ini sama-sama meninggalkan kesan yang kuat. Mereka adalah wanita tangguh yang pergi ke pedalaman hutan Afrika untuk menjadi petualang dan peneliti di alam rimba.

Sayangnya saya tidak akan memberi spoiler kisah Jane di film Tarzan. Disini kita akan bahas sosok Jane pertama yang saya maksud, Jane Goodall, peneliti simpanse terbaik di dunia, primatolog dan antropolog dari Inggris.

. . .

Lahir di Hamstead, London Britania Raya, 3 april 1934 (89 tahun) dengan nama Valerie Jane Morris-Goodall. Jane kecil adalah penyayang binatang. Guru kecilnya seekor anjing, Rusty, yang nanti akan membantu Jane mengingatkannya akan hal penting untuk penelitiannya. 

Di usia 26 tahun, ia mewujudkan cita-citanya menjadi peneliti simpanse dan terus berlanjut hingga lebih dari 50 tahun kemudian.

14 Juli 1960, awal kisah Jane menginjakkan kaki di pesisir terpencil di pantai timur Danau Tanganyika, tepatnya di Gombe, Tanzania. Berbekal perlengkapan sederhana, seorang koki Afrika, juga beserta ibunya, ia tiba di lokasi pertama pengamatannya. 

Ia disambut hangat para nelayan lokal yang membantunya membawa perlengkapan. Lokasi itu berubah menjadi Gombe Stream Game Reverse atau taman nasional sungai Gombe, sebuah kawasan lindung, bertahun-tahun kemudian.

Kenapa Jane Goodall bisa sampai ke Afrika untuk meneliti simpanse?

Jane muda memiliki seorang mentor, Louis Leakey, seorang ahli paleontology yang pernah merekrutnya untuk projek di Nairobi, Kenya, tahun 1957. Ia ditantang sang mentor untuk pergi meneliti simpanse di Gombe.

Orang-orang yang mengamati projeknya mengira Jane akan gagal. Ia tidak membawa bekal pengalaman ilmiah, tidak juga gelar sarjana. Namun, dengan kecerdasan dan semangat yang tinggi ia berhasil membuktikan hal sebaliknya.

Perjalanan Jane Goodall Meneliti Simpanse

Jane mengemas hasil penelitiannya dengan daya pikat yang unik saat berinteraksi bersama para simpanse. Setiap simpanse yang berhasil ia amati, ia beri nama. David Greybeard, seekor simpanse jantan yang sudah tua dengan uban di dagunya adalah simpanse pertama yang menunjukan tanda-tanda memercayai Jane. Kemudian ada Mike, Olly, Fifi, berikut para anak dan cucu mereka, juga kelompok simpanse lain.

Tahun pertamanya, Jane berhasil menemukan beberapa hal baru tentang simpanse. Simpanse tidak hanya mamalia pemakan tumbuhan tapi juga karnivor. Dari David Greybeard, Jane menemukan ternyata simpanse juga menggunakan peralatan untuk membantu kehidupannya. Ia melihat david dapat menarik semut-semut dari sarangnya menggunakan ranting kayu. Hal ini membuat gebrakan tentang definisi manusia saat itu. Bahkan Louis Leakey menulis di catatannya, sepertinya kita perlu membuat definisi ulang tentang manusia.

Hal ini membuat gebrakan tentang definisi manusia saat itu. Bahkan Louis Leakey menulis di catatannya, sepertinya kita perlu membuat definisi ulang tentang manusia.

Louis kemudian merekomendasikan Jane untuk mengambil pendidikan Doktor untuk bidang ilmu perilaku (etologi) di Cambridge University.

 Awalnya Jane kesulitan karena ia tidak punya gelar sarjana dan para seniornya di program Doktor Cambridge, menolak semua data 15 bulan pengamatan Jane. Jane kaget menanggapinya.

Kenapa bisa semua datanya ditolak?

Alasan mereka (para senior Jane) terletak pada personifikasi yang dilakukan Jane, bahwa menganggap setiap individu simpanse memiliki kepribadian tidak bisa diterima standar etologi (ilmu perilaku). Hal ini mengejutkan bagi Jane, karena Jane mengingat pesan Rusty, guru kecilnya. Setelah bergaul dengan hewan yang memiliki otak yang berkembang, pasti kita akan menemukan hewan juga memiliki kepribadian.

Walau pada awalnya ia ditolak, berkat kelembutan hati dan keteguhannya ia berhasil memperoleh gelar Doktor pada tahun 1966.

Jane Goodall Institut

Dr. Jane mendirikan Jane Godall Institute tahun 1977 untuk mendorong konservasi perlindungan simpanse dengan melakukan penelitian di Gombe yang kemudian menarik para peneliti muda untuk bergabung dengannya.

Penghargaan yang dianugerahkan kepadanya dari info wikipedia mencapai 38 penghargaan baik oleh institusi konservasi nasional dan internasional, pemerintah dan kerajaan, lembaga pendidikan yang memberi gelar guru kehormatan, dan masih banyak lagi. 

Penghargaan pertamanya ia raih pada 1980 yaitu Order of The Golden Ark World Wildlife Award for Conservation. Dilanjutkan dengan deretan penghargaan internasional, seperti Kyoto Prize (1990), Hubbard Medal (1995), Tyler Prize for Environmental Achievement (1997), DBE gelar kehormtan yang dianugerahkan oleh kerajaan Britania Raya untuk bidang seni dan ilmu pengetahuan pada 2004, hingga yang terbaru pada 2017 ia meraih International Cosmos Prize.

Saat ini Dr. Jane godall berkeliling dunia hingga 300 hari dalam setahun, menyebarkan visi dan misinya sebagai pejuang konservasi satwa, pecinta alam, pejuang kemanusiaan, dan Duta PBB untuk perdamaian.

Kini Jane Godall sudah tidak muda, tapi semangatnya menggalakkan konservasi untuk generasi muda masih berlanjut. Hari pertama Jane tiba di Gombe, 14 Juli ditetapkan sebagai hari simpanse dunia. Telah banyak karya yang mengabadikan nama Jane Godall, baik di buku dan film. Anda bisa menyaksikan beberapa dokumenter dari National Geographic, dan yang terbaru tahun 2017 secara ekslusif menyorot aktivitas Dr. Jane keliling dunia bersama yayasannya.

Apa yang bisa kita petik dari kisah Jane Goodall?

55 tahun mendedikasikan hidupnya untuk penelitian simpanse, Jane Goodall mengajarkan tentang keteguhan hati, menjadi diri sendiri, dan peduli bisa menggerakkan dunia mengikuti langkah-langkahnya.

Terima kasih untuk semua sumber baik yang menuliskan kisah berbagai versi Jane Godall. Rekomendasi saya buat yang ingin tahu lebih banyak tentang aktivitas Dr. Jane dan yayasannya silahkan kunjungi Jane Goodall Institute.

Saya terinspirasi dengan kisah beliau dari majalah National Geographic Oktober 2010 karya David Quammen yang menggerakan saya untuk menulis riset singkat saya tentang beliau. Anda bisa temukan artikel yang telah diterjemahkan di National Geograpic Indonesia edisi yang sama.

Saya ingin mendengar masukan anda untuk tulisan ini. Terima kasih.



Baca juga:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Tips Belajar Asyik ala Studyvlog, Studygram , dan StudyTok

Indah Primad | Juli 2023 | Bacaan 4 menit Lagi bingung gaya belajar apa yang paling pas untukmu?  Tenang, disini akan kita kupas tuntas tips belajar asyik yang bisa kamu terapkan saat belajar nanti. Kita akan temukan tipsnya dari konten-konten influencer edukasi. Sebelum itu, kita kenalan dulu dengan istilah studyvlog, studygram, dan studytok.      Studyvlog  adalah istilah untuk para influencer dan content creator edukatif, terutama konten vlog (video-blog). Contohnya konten Study With Me, menyajikan konten Live/ rekaman belajar sebagai teman belajar kamu. Mereka menyajikan konten keseharian belajar dan tips edukatif. Studygram adalah kreator edukasi yang lebih spesifik untuk pengguna Instagram. Tentunya konten yang lebih simpel menyesuaikan fitur-fitur di Instagram. Tapi istilah ini juga digunakan di platform media sosial lainnya. Studytok , seperti studygram, namun istilah ini digunakan kreator yang ada di TikTok. Mungkin kata StudyTok belum cukup familiar. Tapi melihat trend peng

[Review Buku] Pengalaman Baca Buku Funiculi Funicula

Masa lalu dan masa depan, dua waktu yang sudah terlalu jauh untuk dijangkau. Masa lalu yang sudah dilewati kadang menyisakan penyesalan, dan masa depan yang masih misteri menantang diri membuat penasaran. Jika kau diberi kesempatan memilih kembali ke masa lalu atau melihat masa depan, apa yang akan kau pilih? Tapi sayangnya apa pun yang kau pilih tidak akan mengubah apa pun, kejadian yang terjadi, atau orang yang kau temui, bahkan mencegah kematian sekalipun. Dan dengan resiko terjebak selamanya di ruang waktu, apakah kau masih mau untuk melakukan perjalanan waktu? Sinopsis di atas adalah milik buku 'B efore the Coffee Gets Cold: Funiculi Funicula', salah satu dari trilogi karya Toshikazu kawaguchi yang pertama rilis di Jepang pada 2015. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dania Sakti, dan diterbitkan Gramedia. Saya membaca cetakan ke-21, desain sampul karya Orkha Creative.  Cover depan Funiculi Funicula cetakan ke-21  Pertemuan dengan Funiculi Funicula Tahun

Stop! Saatnya Menjadi Lebih Kuat

Indah Primad | Cerita evaluasi tengah tahun 2023 Menjelang 2022 berakhir, saya masih ingat sebuah obrolan hangat dengan seorang guru. Beliau adalah pebisnis yang suka berbagi tips dunia wirausaha dan dipadukan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Beliau bercerita menjadi dewasa yang sebenarnya, menjadi kuat dan dapat dipercaya. Ternyata sudah lebih dulu diceritakan dalam kisah Nabi Musa as saat dipertemukan dengan Nabi Syu’aib, kemudian perkataan Nabi Yusuf as kepada raja Mesir. Kita mulai dari kisah Nabi Musa as.  Waktu itu Nabi Musa as berhenti di dekat sebuah sumur. Dilihatnya dua orang perempuan muda penggembala sedang mengantri untuk mengambil air. Tapi ada yang tidak beres, perempuan muda itu hanya menunggu antrian karena didepannya para pria lebih dulu memberi ternak-ternaknya air minum. Nabi Musa menawarkan diri untuk membantu mengambil air. Kedua perempuan ini ternyata adalah putri Nabi Syu’aib yang kemudian merekomendasikan Nabi Musa untuk bekerja dengan mereka. “Wahai ayahku! Jadikan